Bireuen-
Propinsi Aceh merupakan daerah terkorup se-pulau Sumatera sepanjang tahun
2009-2013, sebanyak 7,4 triliun uang Aceh dicuri. Angka itu muncul dari audit
20 persen Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Demikian penjelasan aktivis anti
Korupsi dan kemanusiaan, Muhajir Juli, pada diskusi publik yang diselenggarakan
oleh Aliansi Masyarakat Sipil (Almas) Bireuen, Selasa (9/12/2014) di aula M.A.
Jangka, Universitas Almuslim, Bireuen.
Selain
itu, Muhajir juga menjelaskan bahwa bila ukurannya adalah IPK secara nasional,
Aceh sudah tiga tahun menduduki runner up daerah terkorup se-Indonesia. Tahun
2010, Aceh berada di peringkat 4. Kemudian tahun 2011-2013, daerah yang
menerapkan Syariat Islam tersebut, berada di urutan dua klasemen umum daerah
terkorup se-Indonesia.
Di
sisi yang lain, angka kemiskinan rakyat Aceh semakin menanjak. Maret 2013,
rakyat miskin di Aceh sebanyak 17,6 persen. September 2013, 17, 72
Persen. Maret 2014, 18, 5 Persen. Padahal angka kemiskinan rata-rata nasional
hanya berada pada level 12 persen. Dihadapan mahasiswa dan penggiat LSM di
Bireuen, Muhajir menjelaskan, kondisi ini diakibatkan oleh berbagai hal.
misalnya persoalan administrasi yang rusak. Ketidakmampuan pemimpin bertindak
amanah. Serta, secara umum, kejujuran manusia di Aceh sudah berada pada level yang
memperihatinkan.
“Menjadi
juara dalam konteks korupsi merupakan aib. Tapi inilah kenyataan. Kita tidak
bisa menutupi fakta ini. Persoalan kejujuran di Aceh sudah berada pada level
bahaya,” Terang Muhajir yang diikuti oleh manggut-manggutnya sejumlah besar
hadirin.
Acara
yang digagas dalam rangka memperingati hari anti korupsi internasional
tersebut, juga menghadirkan Hambali Ilyas, yang merupakan aktivis anti korupsi
di LSM Gabungan Solidaritas Anti Korupsi (GaSAK) Bireuen. Bila Muhajir bicara
tentang fenomena korupsi di Aceh, maka Hambali bicara tentang membangun sikap
anti korupsi, agar terintegral kedalam jati diri mahasiswa.[]
Reporter:
Nurmulya Safittri-Mutiawati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar